NASEHAT MULIA DARI PEMBESAR AHLI BAIT
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
الحمد لله، والصلاة والسلام على
رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه وبعد
Barakallahu fikum,
berikut ini adalah nasehat mulia dari seorang pembesar Ahli Bait yaitu Ali bin
al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, buyut dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam
tentang menimba ilmu syar'I dan akhlaq serta adab menimba ilmu syar'i. Beliau lahir
tahun 38 hijriyah dari seorang ibu yang mulia yang bernama Salamah Sufaafah
bintu Malik al-Fursi Yazdajirda sebagaimana dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi
dalam kitabnya Siyar a'lam An-Nubala 4/386 (Cet. Muassasah ar-Risalah th. 1435
H/2014).
Berikut ini adalah
detail dari Nasehat yang mulia dari Buyut Nabi Shallallahu'alaihi wasallam:
البُخَارِيُّ: كَانَ عَلِيُّ
بنُ الحُسَيْنِ يَجْلِسُ إِلَى زَيْدِ بنِ أَسْلَمَ، فَكُلِّمَ فِي ذَلِكَ،
فَقَالَ: إِنَّمَا يَجْلِسُ الرَّجُلُ إِلَى مَنْ يَنْفَعُه فِي دِيْنِه
Imam adz-Dzahabi
dalam kitabnya Siyar Alam an-Nubala (5/316) ketika membahas biografi Zaid bin
Aslam menukilkan perkataan Imam al-Bukhori, beliau menuturkan, "Ali bin
al-Husain (Buyut dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, tsiqah tsabat, wafat
tahun 93 H) sering duduk di majelisnya Zaid bin Aslam (tqiqah - wafat tahun 136
H, mengajar di Masjid an-Nabawi, berkulit hitam dan budak/berloyal kepada Umar
bin al-Khoththob), maka tindakan beliau diperbincangkan orang (karena seorang
bangsawan mengunjungi rakyat jelata tanpa ada protocol yang berlaku
dikebanyakan orang), Maka Ali bin Husain berkata,
Sesungguhnya seseorang itu akan senantiasa duduk
bersama orang yang bisa memberikan kemanfaatan dalam agamanya.
Dan begitu juga dalam
kitab yang sama 4/388, Imam ad-Dzahabi menukilkan kisah dan nasehat dari Ali
bin al-Husain rahimahullah:
وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بنِ
أَرْدَكَ - يُقَالُ: هُوَ أَخُو عَلِيِّ بنِ الحُسَيْنِ لأُمِّهِ - قَالَ: كَانَ
عَلِيُّ بنُ الحُسَيْنِ يَدْخُلُ المَسْجِدَ، فَيَشُقُّ النَّاسَ حَتَّى يَجْلِسَ فِي
حَلْقَةِ زَيْدِ بنِ أَسْلَمَ. فَقَالَ لَهُ نَافِعُ بنُ جُبَيْرٍ: غَفَرَ اللهُ
لَكَ، أَنْتَ سَيِّدُ النَّاسِ، تَأْتِي تَتَخَطَّى حَتَّى تَجْلِسَ مَعَ هَذَا
العَبْدِ! فَقَالَ عَلِيُّ بنُ الحُسَيْنِ: العِلْمُ يُبْتَغَى وَيُؤْتَى
وَيُطْلَبُ مِنْ حَيْثُ كَانَ
Dari Abdurrahman bin
Ardak – dikatakan beliau adalah saudara se-Ibu dengan Ali bin al-Husain, dia
berkata, "Ali bin al-Husain masuk mendatangi masjid, beliau membelah
kerumunan orang sampai duduk di majelis halaqah ilmu yang diajar oleh Zaid bin
Aslam, maka berkatalah Nafi' bin Jubair kepadanya, "Semoga Allah
mengampunimu, engkau adalah pemuka manusia, engkau sudi datang berjalan kaki
sampai engkau duduk bersama hamba ini (Zaid bin Aslam – budak/orang yang loyal
kepada Umar bin al-Khaththab dimana Aslam bapaknya meninggal tahun 90 H
merupakan pembantu dari Umar bin al-Khotthob) Maka berkatalah Ali bin
al-Husain,
"Ilmu itu dicari, dan didatangi serta diminta dari mana
saja (dari orang alim mana saja)"
Dalam penjelasan yang
lainnya terdapat nasehat yang senada dengan kisah diatas:
قَالَ نَافِعُ بنُ جُبَيْرٍ
لِعَلِيِّ بنِ الحُسَيْنِ: إِنَّكَ تُجَالِسُ أَقْوَاماً دُوْناً! قَالَ: آتِي
مَنْ أَنْتَفِعُ بِمُجَالَسَتِهِ فِي دِيْنِي.
Dan berkatalah Nafi'
bin Jubair bin Mut'im kepada Ali bin Al-Husain, "Sesungguhnya engkau
menghadiri kajian ilmu dari orang-orang rakyat jelata dibawah kedudukanmu, Ali
bin Al-Husain berkata, Aku datang kepada orang yang aku dapat mengambil manfaat
darinya bagi agamaku. (Siyar Alam an-Nubala 4/388)
PERTANYAAN YANG TERSIRAT
Wahai orang-orang yang mengaku mencintai Ahli Bait
Nabi Shallallahu'alaihi wasallam :
Dimanakah engkau
dengan Nasehat Ali bin Al-Husain?
Apakah engkau hanya
mencukupkan dengan omongan-omongan orang yang tidak mempunyai dalil?
Wahai orang-orang yang merasa sebagai pembesar umat :
Masihkah ada dalam
dirimu semangat menimba ilmu syar'I ?
Sudikah engkau
bergaul dan belajar dari rakyat jelatamu yang alim ?
Wahai orang-orang yang mengaku telah merdeka :
Dimana kah engkau
dengan kemudahan dan limpahan rezki dalam menimba ilmu syar'i ?
Semuanya ada
dihadapanmu namun engkau masih bimbang melangkahkan kakimu untuk mendatangi
majelis ilmu?
Fawaid dari Nasehat diatas adalah:
1. Hendaknya orang
yang diberikan kelebihan oleh Allah berupa nasab, harta dan kedudukan dunia
tetap harus bersemangat menuntut ilmu.
2. Hendaknya orang
yang ingin mendapatkan ilmu syar'i mendatangi majelis ilmu bukan sebaliknya
"Ilmu yang disuruh datang kepadanya" maksudnya bukan "Sang
Ustadz/Pengajar yang diminta untuk datang tapi orang yang ingin mendapatkan
ilmu harus mendatangi majelis ilmu dan tidak ada kata "INSTANT" dalam
menuntut ilmu sya'ri - harus dengan perjuangan dan kesabaran.
3. Hendaknya orang
yang ingin mendapatkan ilmu memilih untuk duduk dan belajar dari orang alim
yang dapat memberikan dia ilmu yang bermanfaat dan bukan hanya sendau gurau
serta berucap tanpa dalil dan bukan pula belajar dari orang yang hanya bisa
bersilat lidah dengan bahasa yang aduhai menghanyutkan hati namun tidak satupun
dari ucapannya disertai dalil yang shohih lagi jelas keilmiyahannya.
4. Hendaknya orang
yang ingin mendapatkan ilmu syar'i mencurahkan semua apa yang dia punyai dalam
rangka memudahkannya dalam mendapatkan ilmu syar'I sebagaimana yang dilakukan
oleh Ali bin al-Husain rahimahullah ketika beliau bersusah payah mendatangi
majelisnya Zaid bin Aslam.
5. Hendaknya orang
yang ingin mendapatkan ilmu tidak mempedulikan rasa malu dan sombong yang
terkadang terbersit sebagai was-was dari Syaitan yang ingin senantiasa
menghalanginya dari menuntut ilmu syar'i.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
Wallaahu a'lam
bishshawwaab.
Komentar
Posting Komentar