Wasiat Nasehat ( Nafsu dan Dunia )

"Ketahuilah! Sesungguhnya kalian akan mati dan setelah itu dibangkitkan. Kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas semua amal kalian, serta mendapatkan balasan yang setimpal. Karena itu jangan tertipu kehidupan dunia. Kehidupan dunia ini penuh ujian, bersifat sementara dan sarat dengan tipu daya. Semua yang berada di dalamnya akan musnah. Para penghuninya pun saling berebut untuk memperolehnya.
Ketahuilah! Kalian beserta segala perhiasan kehidupan dunia akan mengalami hal yang sama dengan mereka yang terdahulu, orang-orang yang lebih panjang umurnya dan lebih megah rumahnya. Sekarang jasad mereka telah menjadi tulang belulang, rumah mereka kosong. Mereka berada di kubur yang letaknya dekat dan penghuninya terasingkan. Mereka digerogoti oleh cacing, tertimbun oleh bebatuan dan pasir.
Bayangkan kalian kelak akan menjadi seperti mereka, tubuh kalian hancur dan sendiri di kubur. Apa yang akan terjadi dengan kalian jika kiamat tiba, semua yang dikubur dibangkitkan dan segala rahasia yang tersembunyi dalam dada dibongkar, pada saat itulah setiap jiwa akan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatannya selama hidup di dunia."
( Sayyidina Imam Ali bin Abi Thalib )

Setiap hari bumi berseru kepada manusia dengan sepuluh kalimat :
"Hai anak cucu Adam, kau berjalan di atasku, tetapi tempat kembalimu adalah di dalam perutku."
"Kau bermaksiat kepada Allah swt di atasku, dan kelak kau akan disiksa di dalam perutku."
"Kau tertawa di atasku, dan kau akan menangis di dalam perutku."
"Kau bersenang-senang di atasku, dan kau akan bersedih di perutku."
"Kau kumpulkan harta di atasku, dan kau akan menyesalinya di perutku."
"Kau makan yang haram di atasku, dan di perutku kau akan menjadi santapan cacing-cacing di tanah."
"Kau berjalan sombong di atasku, dan kau akan dihinakan di perutku."
"Kau berjalan senang di atasku, dan kau akan masuk ke dalam perutku dalam keadaan sedih."
"Kau berjalan di atasku dengan bercahayakan matahari, rembulan dan lampu, tetapi kau akan tinggal di perutku dalam kegelapan."
"Kau berjalan di atasku menuju keramaian, dan akan mendatangi perutku sendirian."
( Sayyidina Anas bin Malik ra )

"Bilamana rizki adalah bagian yang sudah ditentukan,
maka sedikitnya keserakahan seseorang dalam berusaha adalah lebih baik.
Bilamana harta benda dihimpun hanya untuk ditinggalkan,
maka apakah gunanya seseorang pelit terhadap sesuatu yang pasti ia tinggalkan,”
( Imam Husein bin Ali Bin Abu Thalib Ra )

“Wahai nafsu hentikanlah kecondonganmu kepada dunia dan kecenderungan untuk meramaikannya, tidaklah engkau menjadikan sebagai pelajaran terhadap para pendahulumu yang telah ditelan bumi serta para sahabatmu yang telah membuatmu bersedih karena kepergiannya, demikian juga kawan-kawanmu yang telah berpindah kedalam tanah, mereka sekarang telah berada di dalam perut bumi, dibalik permukaannya, kebaikan-kebaikan mereka ikut lebur menyatu didalamnya , sudah berapa banyak manusia – manusia yang telah dibinasakan ole kekejaman masa dari abad kea bad, serta berapa banyak manusia-manusia yang telah dirusak oleh bumi dengan bencana-bencananya, lalu mereka ditenggelamkan di dalam gumpalan tanahnya, dari berbagai jenis manusia yang pernah engkau ajak bergaul dan kemudian mereka kamu antarkan ke dalam kuburnya.”
( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )

“Semoga Allah SWT melindungi kami dan kalian dari tipu daya orang-orang zalim, kedzaliman para penghasut dan paksaan para pemaksa. Wahai orang-orang Mukmin, janganlah kalian tertipu oleh para thagut, penguasa zalim, pencari dunia yang hatinya dirasuki kecintaan kepada dunia, dan selalu menginginkan kenikmatan tiada nilai serta kelezatan dunia yang cepat berlalu. Aku bersumpah demi jiwaku, dimasa lalu, kalian telah melewati beberapa kejadian dan melalui beberapa fitnah dengan selamat, sementara kalian selalu menjauh dari orang-orang sesat, para pembuat bid’ah dan perusak di muka bumi. Maka kini mohonlah pertolongan Allah SWT dan kembalilah taat kepada Allah SWT dan kepada Wali Allah SWT yang lebih layak daripada para penguasa.”
( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )

“Betapa banyak manusia yang telah ditipu oleh dunia dari mereka yang justru mendiaminya, dan betapa banyak manusia yang telah dibanting oleh dunia dari mereka yang justru menempatinya, lalu dunia itu tidak mau mengangkatnya lagi dari keterpelesetannya, tidak menyelamatkannya dari kebinasaannya, tidak menyembuhkan dari kepedihannya, tidak membebaskannya dari penyakitnya dan tidak melepaskannya dari penderitaannya.”
( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )

“Hidup di dunia sebaiknya tidak mewah atau sebaiknya selalu prihatin dan bersedih, sebab kita hidup di dunia ini bagaikan hidup di panggung sandiwara, yang nantinya akan diminta pertanggung jawabannya di Akhirat kelak. Dan hidup kita ini dipagari oleh kematian yang mana seorangpun tidak ada yang tahu kapan saatnya ajal itu akan tiba. Kehidupan orang beriman hanya untuk beribadah kepada Allah swt semata, sebagai bekal hidup di akhirat kelak; bukan untuk berfoya-foya atau bersenang-senang”.
( Imam Hasan Basri )

“Hidup di dunia bagaikan ular berbisa yang lembut sentuhannya dan racunnya akan mematikan. Berhati-hatilah untuk hidup di dunia yang penuh pesona, rayuan dan godaan.”
( Imam Hasan Basri )

“Dunia adalah tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina, bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan Allah swt, terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-Nya. Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat. Ketahuilah, sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga miring dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.”
( Imam Syafi’i )

“Kalau aku melihat orang yang suka mengikuti hawa nafsunya, walaupun ia berjalan di atas air, aku tidak akan menemuinya.”
( Imam Syafi’i )

“Mencari-cari kelebihan materi di dunia adalah hukuman yang Allah swt timpakan kepada ahli Tauhid.”
( Imam Syafi’i )

“Seorang hamba yang terjatuh pada perbuatan dosa selain dosa syirik itu lebih baik daripada ia terkungkung oleh hawa nafsunya.”
( Imam Syafi’i )

“Barangsiapa yang dirinya terkalahkan oleh kuatnya syahwat dunia, maka ia akan senantiasa menjadi budak ahli dunia; dan barangsiapa yang qana’ah ( menerima karunianya dengan lapang dada ) maka akan hilang ketundukannya pada dunia.”
( Imam Syafi’i )

“Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
( Sayyidina Syekh Abdul Qadir Al-Jailany )

"Hai orang-orang yang lalai! Secara terang-terangan engkau menentang Allah swt yang Maha Benar dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, masa luangmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menjadi sakit, kemuliaanmu menjadi kehinaan, kedudukanmu menjadi rendah, kekayaanmu menjadi kemiskinan. Ketahuilah! Rasa aman dari siksa Allah 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari kiamat sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu ( dari siksa Allah swt ) di dunia. 
Sayangnya! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci.
Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan Allah 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Hai yang ternoda karena ketamakannya, andaikata kau bersama penghuni bumi bersatu untuk mendatangkan sesuatu yang bukan bagianmu, maka kalian semua tidak akan mampu mendatangkannya. Oleh karena itu tinggalkanlah rasa tamak untuk mencari sesuatu ( rezeki ) yang telah ditetapkan untukmu, maupun yang tidak ditetapkan untukmu. Apakah pantas bagi seorang yang berakal untuk menghabiskan waktunya memikirkan sesuatu yang telah selesai pembagiannya….?
( Sayyidina Syekh Abdul Qadir Jailany )

“Peraslah jasadmu dengan mujahadah ( memerangi hawa nafsu dunia ) sehingga keluar minyak kemurnian.”
( Al-Imam Auliya Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus )

“Orang yang sengsara adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya Barangsiapa mengenal dirinya, ia tidak akan melihat selain Allah swt. Barangsiapa tidak mengenal dirinya, ia tidak akan melihat Allah swt.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )

“Dan orang yang bahagia adalah orang yang melawan hawa nafsunya, berpaling dari alam untuk menghadap kepada penciptanya, dan melewatkan waktu pagi dan sore dengan meneladani sunah nabinya.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )

“Kesuksesanmu adalah ketika kamu membenci nafsumu dan kehancuranmu adalah saat kamu meridhainya. Karena itu, bencilah nafsumu dan jangan meridhainya, niscaya kamu akan berhasil meraih segala cita-citamu, Insya Allah.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )

“Dunia adalah anak perempuan Akhirat, barangsiapa telah menikahi seorang perempuan, haram memperistri ibunya.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )

“Janganlah terlalu peduli dengan dunia dan penghuninya dan janganlah merasa iri pula dengan pakaian atau makanan yang dimiliki oleh penghuninya.”
( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )

"Jika kau ingin bermaksiat kepada Allah swt, maka lakukanlah di tempat dimana DIA tidak melihatmu dan dengan kekuatan yang tidak berasal dari-Nya, dan kedua hal ini mustahil dapat kamu lakukan, sebab semua yang kau gunakan untuk bermaksiat adalah nikmat-Nya.
Kau gunakan nikmat yang IA anugerahkan untuk bermaksiat kepada-Nya. Bahkan kau sangat ahli bermaksiat dalam berbagai bidang. Terkadang engkau menggunjing, terkadang mengadu domba dan terkadang memandang yang haram. Ibadah yang kau bangun selama tujuh puluh tahun kau robohkan dalam sekejap.
Hai penghancur ketaatan, Allah swt menjadikanmu miskin adalah agar kau berdoa' dan memohon kepada-Nya.
Hai orang yang menenggelamkan nafsunya dalam berbagai keinginan jahat dan maksiat, andai saja kau beri nafsumu hal-hal yang mubah ( tidak berdosa dan tidak berpahala ).
Mengapa engkau tidak mencintai DIA yang ketika kau berbuat buruk kepada-Nya, justru memberimu berbagai nikmat dan bermurah kepadamu?"
( Ibnu 'Atha illah Askandari )

“Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )

“Jika tak ada ketamakan, dan tak ada satu mahluk pun keluar dari lingkaran jejak nabi saw, tidak akan ada manusia mengejar dunia yang fana ini atau berpaling dari kebahagiaan akhirat yang kekal.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )

“Janganlah kau putuskan kehadiranmu di tempat-tempat yang baik karena alasan kesibukan dunia. Hati-hatilah, karena itu merupakan tipu daya setan. Hadirkanlah Allah swt ketika sendirian. Sembahlah Dia, seakan melihatnya; dan jika tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )

“Tutuplah mata dari perhiasan dunia dan segala kenikmatan fana yang dimiliki budak-budaknya serta kenikmatan yang akan terputus. Sesungguhnya semuanya seperti kau saksikan bahwa dunia ini cepat berpindah dan dekat kefanaannya.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )

“Orang yang lalai mengira bahwa dirinya mencapai kelezatan dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya kemanisan dunia bercampur dengan kepahitannya. Sedangkan kehidupan indah yang sebenarnya adalah berpaling dari dunia, kemudian masuk ke hadirat yang Maha Kaya dengan sifat faqir, miskin, lalu memetik sesuatu yang indah dari tempat itu.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )

“Setiap kebajikan terasa berat bagi “NAFS”. Tapi jika dipaksakan, ia akan terbiasa dan dapat mengerjakannya dengan mudah. Sebagian orang jika melihat “NAFS”nya benci pada perbuatan baik, ia mengikuti “NAFS”nya dan cenderung kepadanya. Ia selalu berbuat demikian, hingga tidak mampu lagi berbuat baik. Akhirnya, hatinya menjadi keras. Sebenarnya jika hati mau menghadap Allah swt, Allah swt akan menghadap kepadanya. Jika berpaling, Allah swt pun akan berpaling darinya. Sifat “NAFS” adalah suka menentang dan mudah bosan. Jika kau membiasakannya dengan kebaikan, ia akan menjadi baik; tapi jika kau membiasakannya dengan keburukan, ia akan menjadi buruk.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Manusia hendaknya menyibukkan “NAFS”nya dengan amal-amal yang bermanfaat baginya. “NAFS” akan terbiasa dengan apa yang dibiasakan kepadanya. Orang yang terbiasa banyak bicara, menghadiri majelis yang penuh kelalaian dan permainan, maka hatinya merasa berat untuk membaca Al-Qur’an.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Di dunia ini manusia harus memiliki empat sifat :

1. Sabar terhadap yang dibenci dan disukai.
2. Melayani dengan baik dan memuaskan hati(jabr) orang yang baik maupun jahat.
3. Memiliki akal yang dapat membedakan segala sesuatu.
4. Memilki niat saleh dalam semua hal agar tercapai keinginannya.
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

“Orang –orang di Zaman akhir ini lebih mengutamakan harta mereka dibanding diri mereka sendiri. Mereka kikir dan tidak memperdulikan apa yang menimpa mereka. Mereka abaikan Hak Allah swt, Allah swt pun lalu menundukkan mereka di bawah kekuasaan orang yang tidak mengasihi mereka. Adapun orang-orang terdahulu, mereka menjadikan harta mereka sebagai perisai dan pelindung dari segala bencana.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )

Komentar

Postingan Populer